Kamis, 20 Oktober 2011

Coretan Impian part 1: Mohon

Jika dua, tiga, empat, atau lima itu lebih banyak
atas izin Allah aku akan tetap memilih SATU.
Just believe i can do it.. Bismillah

Minggu, 16 Oktober 2011

It's just a notes


Fly without wing
Kalimat pertama yang teringat begitu saja oleh otak bebal karunia Tuhan ini.
Beberapa pertanyaan sedang menggila-gila di dalam batok kepala yang jarang sekali kuucapkan syukur kepada Sang Pembuat.. Bukan jarang lagi, mungkin sekali, dua kali, atau entah berapa kali dan kapan terakhir kali aku mengucapkan
Alhamdulillah untuk nikmat-nikmat pemikiran seperti ini..,

Gusti, pantes nopo boten dados kawula Panjenengan?
(Tuhan, pantaskah menjadi hamba-Mu?)

Ternyata hidupku sudah resmi 20 tahun,
Angka dua yang beberapa waktu lalu menghantui sudah aku lewati. Menghiasi hari.. menghantui masa depan yang semakin jelas.
Jalanku sudah harus berubah.. impian-impianku harus lebih besar..
Semangatku tak akan pernah patah lagi.. Dancing all night long.. (begitu suaranya Sm*sh)..hadew.

 
Jika masih boleh meminta kepada Tuhan aku ingin meminta raportku selama hidup ini, berkala... enam bulan sekali. Seperti saat semesteran masa-masa sekolahku dulu.
Betapa senangnya bapak dan ibu guru memanggil namaku, membagikan raport.
Rasa syukur itu masih terucap ya Allah..
Bahagia meskipun nilai enam masih terukir jelas di atas buku raport itu.
Bukan.. bukan ini yang mau kubahas.
Raport dari Tuhan, catatan amal, bukan sebuah ringkasan tetapi sedetail-detailnya perilaku manusia di hadapan Tuhan. Bukankah Tuhan tidak pernah tidur untuk mengawasi manusia? Untuk mengawasi ciptaan-Nya??
Tuhan pasti memiliki catatan itu, bahkan lebih terperinci daripada akuntan perusahaan-perusahaan besar itu.

Seandainya bisa.. aku ingin memperbaiki semua sekarang.. bukan menyesalinya di hari pembalasan nanti.

Dua puluh tahun adalah sesuatu yang gross.. entah netto nya berapa. Entah masih bersisa atau bahkan merugi. Mungkin di dalamnya adalah kertas putih dengan cat merah... Ah Tuhan, U are my Lord.. The best God..
Mungkin dengan mengucap Astaghfirullahaladzim Engkau meghapus cat merah itu barang sebaris, dua baris, atau sepuluh baris saja.
Bukankah Engkau mencatat kebaikan seseorang walaupun sekedar niat?

Maafkan aku Tuhan, aku terlalu memaksa. Siapa yang sebenarnya aku Tuhankan.. kenapa aku memintamu dengan paksaan,
Aku meminta-Mu mengabulkan semua keinginanku, mengajarkan kesabaran padaku, menegurku dengan cara yang lembut, mengampuniku dan memasukkan aku ke dalam golongan umat yang senantiasa menyembah pada-Mu.
Masih layakkah aku meminta yang lebih pada Tuhan?

Memintalah kepada-Ku maka akan Aku perkenankan (QS. 40:60)

Thank’s God.. 
 

Dasa tahun kedua dalam hidup...
harus lebih bijaksana dan mensyukuri semua yang diberikan-Nya
Menjalani hari-hari dengan senyuman.. dengan semagat untuk memperbaiki diri.
Memberikan manfaat untuk sesama, untuk semuanya
Menjadikan setiap nafas adalah nafas yang penuh dengan kebaikan.
Meraih prestasi yang lebih tinggi, ruuhiyah dan jasadiyah.


Man Jadda Wajadda
Man Shabara Zhafira

(kutipan yang diambil dalam Negeri Lima Menara dan Ranah Tiga Warna oleh A. Fuadi)


Ask & it will given,
Seek & we will find,
Knock & the door will be opened to you (bibel)


Dengan bangga kuteriakkan “I’m 20 Years Old”

Happy Anniversary Cahayaku...
Semoga Kehidupan kita akan selalu bercahaya.Aamiin. ^_^



Sebelum 16 Oktober 2011, namun diposkan 16 Oktober 2011.
Its just a notes,

Senin, 03 Oktober 2011

Seniman: Dua-Terinspirasi

Seiring kali aku berkata,
Ketika orang memuji milikku, bahwa sesungguhnya ini hanya titipan.
Bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipanNya, bahwa hartaku hanya titipanNya.
Tetapi, mengapa aku tidak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?

Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milikNya ini? Apakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku? Mengapa hatiku terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali olehNya?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah, kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka, kusebut dengan panggilan apa saja yang melukiskan bahwa itu adalah derita.

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku, aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil, lebih banyak rumah, lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan.

Seolah semua  “derita” adalah hukuman bagiku. Seolah keadilan dan kasihNya harus berjalan seperti matematika: “aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih. Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku” dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...

“Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”


Puisi WS Rendra: Makna Sebuah Titipan

Karena membaca entah mawar atau terataimu,
Aku putuskan membuat entri baru dengan karya yang berbeda ^^
Karya ini mengingatkanku pada angka DUA yang beberapa hari yang lalu sudah kuterbitkan.
Terima kasih senimanku, semangatku mempelajari hal-hal baru tetap ada, juga dimulai karenamu.
Dan Tuhanku, Alhamdulillah tak akan tergantikan karena Engkau berikan ini semua ini cuma-cuma. The Great Artist!

Dalam Kamar Inspirasi Surabaya, 14:19
Oktober, Senen 03-10-11