Minggu, 10 April 2016

"Tentang kenyataan yang ga sesuai pengharapan"

    Kalimat di atas apa ya? Sejenis permintaan, tantangan, atau bahan olokan?? Haha perlu waktu untuk memutar memori di otak kecilku. Mencoba menemukan benang merah yang bisa menyimpulkan apa yang dimaksud pada kalimat itu? Benar, itu sebuah topik, dan bukan sebuah kalimat J. Kalimat setidaknya mengandung unsur subjek dan predikat. Nah kan saya menulis itu tidak memperhatikan ejaan, atau tata bahasa yang sesuai kaidah. Walaupun tetap saya perhatikan kadang-kadang, tapi saya menulis bebas, sesuka saya.. peduli ayam mau berkokok atau tidak. Sepakat? Terserah apa jawabannya.

Oke, ternyata topik di atas itu menyadarkan bahwa beberapa atau bahkan semua tulisanku bunyinya pengharapan. hehe kenyataannya bagaimana? Sesuai atau ga dengan pengharapan? Dengan begini saya tahu penafsiran beberapa orang.

Kenyataan dan harapan, itu definisi dasar dari sebuah kata yang disebut masalah. Yah kurang lebih seperti itu yang kuingat dari memoriku. Untuk meyelesaikan gelar sakti sarjana edan itu harus menemukan sebuah masalah dan harus diteliti. Masalah, sesuatu yang terjadi jika pengharapan tidak sesuai dengan kenyataan, fakta yang tidak sesuai dengan teori. Teori berkata A, ternyata riilnya mengatakan B, C, D, Z, AB, BC, YZ, XYZ, dan sebagainya. Anehnya masalah ini harus ditemukan, diteliti, ditemukan solusi, dan dipertanggungjawabkan untuk mendapat gelar. Nah jadi ngelantur sesuka saya.hahaha abaikan.

Intinya tulisan saya itu bermasalah. Penuh dengan masalah. Banyak berharap. kenyataannya?? Nol besar. Saya mengaharapkan sesuatu tapi kenyataannya saya tidak memberikan apapun. Hanya meracau tak jelas. Ahh jadi ingat salah satu judul buku yang galau yang meracau. Jadi saya galau. Wahahaha saya menertawakan diri saya sendiri.

Saya mengharap istana baik, saya mengharap rumah yang baik, saya mengaharap pangeran yang baik, sedangkan saya sendiri tak pernah mendekat kepada yang namanya kebaikan. Lantas kenyataan seperti apa yang harus saya harapkan? Saya?? Sejak kapan saya memulai menyebut diri ini dengan saya? Haha satu tulisan ini ada aku dan saya. Luar biasa bahan tertawaan saya ini.

Kembali ke kenyataan. Saya tak memberi apapun jadi jangan berharap apapun. Begitu? Yang betul take and give atau give then take?? Hahaha saya harus tertawa sekali lagi. Otak ini sedang terserang arus pendek, konslet kalau orang jawa bilang. Tapi enteng banget saya menjawab, kalau kenyataan ga sesuai harapan ya berharap lagi. Ga sesuai lagi, ya  berharap terus sampai sesuai. Begitu kan ilmu empat lilin yang kemarin diputer ulang sama kenyataan?? Hahaaa memoriku kacau. Selama masih ada harapan, lilin-lilin lain akan menyala. Padahal aku tak ingat 3 lilin lainnya itu apa. Yah suka – suka aja menafsirkan.

Oke untuk tulisan ini saya berterima kasih kepada uncle, seorang partner nguli, suhu, senior, yang mengajarkan saya gila beberapa waktu ini. (Peace.. ^^,)  Nulis partner jadi inget seseorang yang menyebut saya ini salah satu best partner baginya. Hikz, maaf ya bundoo best partnernya hanya di meja kerja, kalau untuk yang kemarin di bbm bunda itu mah saya belum berani. Saya mah apa atuh J. Semoga beliau menemukan yang sangat jauuuuuh lebih baik dari saya. Kalau saya bisa disebut baik, padahal alpha nya banyak banget. Masak ndak bisa, dandan ndak bisa, bersih-bersih kurang resik, ibadah ngeluh, megang amanah banyak yang lewat. Lebih sering mengharap baik kepada orang lain tapi ga mau lihat kaca.


Baiklah saya cukupkan sekian, malah jadinya kemana-mana. Ke pangeran lagi ke pangeran lagi. Haha.. sudah terjawab banyak kenyataan yang ga sesuai sama harapan. Kalau kenyataan selalu sesuai dengan pengharapan dimana peran Tuhan. Lah semua itu sudah diatur. Tak boleh putus harapan asal mengharap kepada-Nya, bukan selain-Nya. Apalagi ngarep ke tuyul dan sejenisnya. Lah kan syirik jadinya.hehe. Semoga harapannya tetap selalu ada. Tetap berusaha memberi manfaat dan Semangat,...!!!


Kamar inspirasi,
Malam Senin di Tana Paser - 10/04/2016

Tanggal 10 ada yg ultah, bulan april ada yg ultah, bulan april ada yg mau nikah.. selamat milad bos, selamat milad mbak yang sudah berasa saudara, dan semoga lancar untuk nikahnya ya kakak rasa adek yang duluan ijabsah.hahaaa J

Kamis, 07 April 2016

Rumah kedua sangat nyaman - seharusnya

Rumah kedua sangat nyaman - seharusnya

"Innassholati wanusuki wamahyaya wamamati lillah"
Sesungguhnya apa saja yg aku kerjakan ini adalah semata-mata karena Allah.

Hanya ingin bercerita, tak perlu saling menyalahkan, mengritik tanpa solusi.
Cerita ini bukan tentang sinetron india yg sedang booming, bukan tentang reklamasi, bukan tentang panama yg aku sendiri tak paham jalan ceritanya, bukan tentang gempa yg sedang melanda dan semoga yg terkena diberikan Allah keselamatan.Aamiin.
Cerita ini bukan cerita cinta yang memadukan kasih antara dua insan, atau kasih antara mahluk dan Tuhan.tapi terserah, jika memang cerita ini ada sedikit mengarah kesana.

Cerita ini hanya sebuah ungkapan, yg tak mampu lisan untuk berkata. Tentang rumah, rumah ke dua yang menyita tiap 7-8 jam setiap hariku. Dan ini hanyalah sebuah analogi yang semua boleh menafsirkan sesuka hati. Bebas menyebut salah atau menyetujui apa yg tertulis pada cerita ini.

Rumah ini sudah kudiami beberapa waktu. Saling sapa, becanda, dan mengingatkan antar-penghuni. 7-8 jam itu bukan waktu yg singkat. 1/3 dari hari, hari ke hari. Bahkan runah utama yg harus di urutan pertama hanya tempat menyimpan lelah.pikiranku terkuras ke rumah ke dua.

Rumah ini ternyata mulai bocor atapnya. Atap yg harusnya mengayomi apa yg di bawahnya dengan segala penghuninya ini telah rapuh. Di kala hujan basah dan di kala panas, teriknya luar biasa menyengat. Tembok - tembok dan tiang penyangga seolah tak mampu menahan atap yg tertiup angin, terhempas badai.
Pondasi yg coba dibangun dengan kokoh seolah tak kuat lagi menyeimbangkan atapnya.
Haruskah atap ini diganti? Yaa itu menunggu waktu saja katanya. Namun seiring waktu penghuninya tak lagi sama. Penghuni-penghuni bergerak silih berganti.Entah pola apa yg mereka ikuti.
Dan aku salah satunya, haruskan aku menyebut kata dilema??
Apa aku harus menunggu atapnya roboh, atau aku harus pindah rumah? Instan. Tapi posisinya aku adalah penghuni baru.. Di rimba yg tak ku tahu asal muasalnya.
Jika pindah rumah, maka rumah lain mana yg harus kutuju?
Mengapa ku kutip penggalan ayat yg berulang ulang kita sebut dalam menghadapNya? Karena aku pasrah.
Tuhan telah menulis skenarionya jauh sebelum aku lahir, jauh sebelum manusia ada, atau bahkan dunia ini ada.
Menjaga niat semata-mata utk beribadah pada-Nya. Rumah mana pun, di mana pun tetaplah menebar manfaat.
Yakin bahwa jalan ini sangat indah. Bersyukur dan tetap mendoakan yg terbaik utk semuanya.
Untuk atap yg roboh, untuk tiang, untuk dinding, untuk pondasi semoga kembali sebagaimana fungsinya, bukan sebagaimana estetikanya saja.

Serius banget.hehe.. Emm.. Bicara tentang rumah, semoga sang pangeran sedang berusaha untuk mendirikan rumah kami entah di belahan bumi mana dan yang mudah-mudahan juga rumah di syurga.Aamiin :)
Beberapa waktu terakhir banyak yg nanyain pangeran, ahh ane pun tak tahu dimana dia sekarang. Hanya Allah yg tahu dan nanti akan ditunjukkan kok.pasti!!!

Dan aku hanya berharap semoga cahaya ini selalu ada dan senantiasa terjaga oleh Nya.
Allahumma shalli alaa sayyidina Muhammad.



Tana Paser, rumah pertama
Kamis malam dalam gelap karena giliran pemadaman listrik
07-04-2016