Kamis, 07 April 2016

Rumah kedua sangat nyaman - seharusnya

Rumah kedua sangat nyaman - seharusnya

"Innassholati wanusuki wamahyaya wamamati lillah"
Sesungguhnya apa saja yg aku kerjakan ini adalah semata-mata karena Allah.

Hanya ingin bercerita, tak perlu saling menyalahkan, mengritik tanpa solusi.
Cerita ini bukan tentang sinetron india yg sedang booming, bukan tentang reklamasi, bukan tentang panama yg aku sendiri tak paham jalan ceritanya, bukan tentang gempa yg sedang melanda dan semoga yg terkena diberikan Allah keselamatan.Aamiin.
Cerita ini bukan cerita cinta yang memadukan kasih antara dua insan, atau kasih antara mahluk dan Tuhan.tapi terserah, jika memang cerita ini ada sedikit mengarah kesana.

Cerita ini hanya sebuah ungkapan, yg tak mampu lisan untuk berkata. Tentang rumah, rumah ke dua yang menyita tiap 7-8 jam setiap hariku. Dan ini hanyalah sebuah analogi yang semua boleh menafsirkan sesuka hati. Bebas menyebut salah atau menyetujui apa yg tertulis pada cerita ini.

Rumah ini sudah kudiami beberapa waktu. Saling sapa, becanda, dan mengingatkan antar-penghuni. 7-8 jam itu bukan waktu yg singkat. 1/3 dari hari, hari ke hari. Bahkan runah utama yg harus di urutan pertama hanya tempat menyimpan lelah.pikiranku terkuras ke rumah ke dua.

Rumah ini ternyata mulai bocor atapnya. Atap yg harusnya mengayomi apa yg di bawahnya dengan segala penghuninya ini telah rapuh. Di kala hujan basah dan di kala panas, teriknya luar biasa menyengat. Tembok - tembok dan tiang penyangga seolah tak mampu menahan atap yg tertiup angin, terhempas badai.
Pondasi yg coba dibangun dengan kokoh seolah tak kuat lagi menyeimbangkan atapnya.
Haruskah atap ini diganti? Yaa itu menunggu waktu saja katanya. Namun seiring waktu penghuninya tak lagi sama. Penghuni-penghuni bergerak silih berganti.Entah pola apa yg mereka ikuti.
Dan aku salah satunya, haruskan aku menyebut kata dilema??
Apa aku harus menunggu atapnya roboh, atau aku harus pindah rumah? Instan. Tapi posisinya aku adalah penghuni baru.. Di rimba yg tak ku tahu asal muasalnya.
Jika pindah rumah, maka rumah lain mana yg harus kutuju?
Mengapa ku kutip penggalan ayat yg berulang ulang kita sebut dalam menghadapNya? Karena aku pasrah.
Tuhan telah menulis skenarionya jauh sebelum aku lahir, jauh sebelum manusia ada, atau bahkan dunia ini ada.
Menjaga niat semata-mata utk beribadah pada-Nya. Rumah mana pun, di mana pun tetaplah menebar manfaat.
Yakin bahwa jalan ini sangat indah. Bersyukur dan tetap mendoakan yg terbaik utk semuanya.
Untuk atap yg roboh, untuk tiang, untuk dinding, untuk pondasi semoga kembali sebagaimana fungsinya, bukan sebagaimana estetikanya saja.

Serius banget.hehe.. Emm.. Bicara tentang rumah, semoga sang pangeran sedang berusaha untuk mendirikan rumah kami entah di belahan bumi mana dan yang mudah-mudahan juga rumah di syurga.Aamiin :)
Beberapa waktu terakhir banyak yg nanyain pangeran, ahh ane pun tak tahu dimana dia sekarang. Hanya Allah yg tahu dan nanti akan ditunjukkan kok.pasti!!!

Dan aku hanya berharap semoga cahaya ini selalu ada dan senantiasa terjaga oleh Nya.
Allahumma shalli alaa sayyidina Muhammad.



Tana Paser, rumah pertama
Kamis malam dalam gelap karena giliran pemadaman listrik
07-04-2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar