Senimanku...
Lebaran tlah berlalu, masih belum juga ku utarakan
perasaanku.
Entah beberapa hari sebelum takbir berkumandang tak sengaja
aku bermimpi tentangmu Kawan..
Sungguh luar biasa jika mimpi itu hanya sebatas bunga
tidur..
Dan jika benar itu hanyalah bunga tidur, aku tetap
bersyukur.. sangat bersyukur..
Kamu bercanda denganku kawan,..
Meskipun aku tak tahu kenapa kita bisa satu rombongan dengan
teman-temanku di kota pahlawan ini. Tapi tidak di sini, jauh entah kita dimana..
Hanya saling tersenyum.
Kamu tersenyum padaku dan begitu
pula sebaliknya.
Dalam kesempatan itu aku tetap belum mampu mengungkapkan
bahwa aku menyayangimu,,
(Tuhan, maafkan aku)
Kecewa bahwa itu hanya mimpi kawan,, hanya mimpi,,
Dan ketika esok aku membuka jejaring sosial itu, betapa
terkejutnya..
Beberapa catatan-catatan telah kau buat dan kau tandai aku
di dalamnya.
Yaah,.. bukan hanya aku tentunya. Beberapa teman yang aku
pun mengenal mereka dan banyak lagi yang tak satupun aku tahu wajahnya.
Senimanku..
Ku torehkan satu komentar di salah satu catatan itu..
Di catatan titik titik titik tak terhitung..
Kemudian kamu membalasnya:
sepertinya hanya aku yang tau dan yang lain belajar lagi ya! ^^
Apakah aku harus senang kawan? Apa kamu memujiku?
Tapi jika aku boleh jujur, serasa kamu mencoba membunuhku
secara perlahan..
Halus sekali namun pasti.
Halus sekali namun pasti.
(Tuhan, maafkan aku).
Kamu pulang menuju kampung halamanmu.
Aku berharap kamu datang mengunjungi gubukku, berhari-hari
tak kunjung wajahmu muncul di depan rumahku.. menyapaku, dan memberikan
senyuman itu dalam dunia nyata ini. Seperti mimpiku malam itu...
Senimanku..
Aku berharap melihat senyuman itu, titik hitam itu, dan
mendengarkan suaramu menyapaku seperti pada mimpi keduaku..
Masih tentangmu selang beberapa minggu berlalu..
Kemarin malam kau hanya menyapaku “dek!”
Dan masih berharap itu bukan sebuah bunga tidur.
Bercanda seharian denganmu (Maafkan aku).
Kamar inspirasiku,
Kota Pahlaawan,
14 September 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar