Jumat, 25 November 2011

“Percakapan tanpa bayangan”



x          : "kita sama-sama tahu, sepertinya.
               tapi aku pura-pura menutup mata dan telinga."
y          : (diam)
x          : "kita sama-sama tahu, sepertinya
               tapi kamu bertingkah seperti biasa,
               seolah tak ada apa-apa"
y          : (tetap diam, kali ini lebih serius)
x          : "kita sama-sama tahu kan?
              Tapi entah sampai kapan bisa menjaganya"
y          : (diam tapi ingin memberontak)
x          : "aku diam ya!"
y          : "jangan!lanjutkan.. " (akhirnya dia mulai angkat suara)
x          : "aku tak bisa mengakhirinya karena aku tak memulai apapun.
               Kamu tahu kan?"
y          : "kamu menyukaiku?"

x          : "ya.. aku suka. Sayangnya kini aku takut.."
y          : "terluka?"
x          : "benar,.. aku takut terluka.
               kita kembali saja seperti sedia kala
               anggap kita tak menyimpan apa-apa."

Tidak mudah memang menyembunyikan perasaan kepada orang lain yang hampir sering bertemu, meskipun ada juga yang mengatakan bahwa lebih sulit mengungkapkannya.
Alasan pertama karena minder, dia begitu sempurna untuk disayangi, sedangkan kita.. seorang biasa.
Alasan lain karena takut. Takut akan terluka, takut untuk cemburu, takut untuk merasakan kesedihan.
 
x          : "Apapun alasan rasa sayangku atau rasa sayangmu tak terungkap, aku
    hanya berharap kepadamu..
               Sayangilah dengan kesungguhan hati untuk berharap kebaikan.
  Bukan sikap kasih sayang, yang sejujurnya hanya memanfaatkanku.
   maafkan aku.. "

(x berlalu tanpa tahu apa sebenarnya yang terjadi diantara mereka)



25 November 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar