Artis, ya artis.
Sebagian orang mungkin menganggap artis adalah mereka yang sering muncul di
kayar kaca. Yang setiap pagi, sore, siang, malam, bahkan tengah malam pun marak
akan cerita kehidupan yang mereka sebut sebagai artis. Gosip-gosip bertebaran
dan tak akan pernah ku tahu benar atau tidak itu alurnya.
Artis.. sebagian
masyarakat lagi melarang untuk mengidolakan artis. Dunia mereka yang glamor,
penuh dengan bumbu kurang patut jika diidamkan. Sebagian dari mereka
menyarankan untuk memilih sebagian artis yang patut diikuti perilakunya. Ya..
mereka yang mengedepankan norma-norma kesopanan, norma agama. Mereka artis yang
menyeru dalam kebaikan.
Wahai artis,
apa yang sepatutnya disebut dengan artis. Darimana kata artis, siapa yang
berhak disebut artis, dan siapa yang mempunyai wewenang untuk menobatkan
seseorang atau sebagian orang menjadi artis.
Artis bagiku
hanya untuk satu manusia, yang karena aku menyebutnya aku berkewajiban memohon
ampunan kepada Penciptanya, kepada Penciptaku. Seolah tulisan-tulisan yang
tertulis ini diilhami oleh si artis. Sudah kucoba untuk menguraikan ingatan-ingatan
tentang si artis, tapi kenapa justru sesudah mulai menghilang si artis muncul
kembali. Dalam frekuensi yang lebih sering dibanding saat aku benar-benar dalam
pelet si artis.
Artisku bukan
artis-artis yang sebagian orang idolakan. Tapi mungkin ada juga yang
mengidolakannya. Ah apa boleh buat, ia dicipta bukan untukku saja.. semua
berhak memandangnya. Sedangkan aku, yaa aku, tidak punya hak sama sekali untuk
menyebutnya ia artisku.
Duhai artis,
dimanakah sang artis kini. Dengan segala kekonyolannya, dengan segala kebisuan
yang sedang diciptanya, artis tak pernah lagi muncul di kabar berita. Hanya
jika aku mau menyampaikan pesan singkat ke nomornya mungkin aku tahu. Tapi itu
terlalu tabu, aku hanyalah perempuan yang terlalu malu untuk memulai bertutur
sapa.
Sampai kapan
rasa ini harus ada? Tuhan memang punya rencana, dan aku harus menerimanya
dengan sempurna. Dengan segala rahasia dan jalan cerita yang penuh akan tanda
tanya.
Kenapa harus
melalui mimpi? Apakah malamku terlalu datar jika tak ada mimpi tentangnya?
Apakah hariku terlalu biasa jika tak ada kisah-kisah tentangnya? Apakah ini
sudah menjadi salah satu bagian dari rencana? Bagaimana endingnya?
Artis...
benar-benar artis. Kau menyihirku tanpa hasil karyamu. Bahkan kau sempat dan
sering sekali merampas kerinduanku pada ibuk dan bapakku. Tanpamu aku rindu,
tapi denganmu aku tak tahu apa yang aku mau. Dan siapakah kamu? Tahukah siapa
aku? Yang kutahu kamu adalah artis, yang tak perlu tahu yang mengidolakanmu.
Kamu tetap menjadi artis, dan bahkan jika aku memulai hidup yang baru. Biarlah
semua terjawab oleh waktu, atau aku yang tak bisa lagi menahan kebimbanganku.
Artis, semoga
engkau sehat selalu dan temuilah kebahagiaanmu.
Tana Paser, 20
Juli 2017
@3artika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar